
Kalimat
tersebut mungkin seringkali terngiang-ngiang pada nurani kita sebagai pelajar
yang terkadang bingung apa sih fungsi dan esensi dari kegiatan belajar
itu sendiri. Belajar juga sering dirasakan sebagai sesuatu yang sangat berat
dan sulit untuk dilakukan, padahal kita tahu bahwa ada banyak sekali manfaat
yang bisa kita peroleh dari sebuah kegiatan “Belajar”. Belajar sendiri dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sebuah usaha untuk memperoleh
sebuah kepandaian atau ilmu.
Tak
jarang dari kita merasakan
dorongan yang kuat dari dalam batin kita saat akan
belajar, entah itu belajar di sekolah setiap harinya ataupun di kehidupan
sehari-hari di luar sekolah seperti halnya di rumah atau di pondok. Padahal,
tanpa kita sadari belajar adalah bagaikan makanan yang setiap saat kita
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi otak kita. Setidaknya ada beberapa
hal yang mengakibatkan manusia itu harus dan justru wajib untuk belajar.
Diantaranya ialah belajar sebagai suatu kebutuhan naluriah manusia keseluruhan,
kemudian belajar adalah satu-satunya faktor pembeda mana manusia dan mana
binatang serta yang ketiga adalah dengan belajar manusia menunjukkan rasa
bersyukurnya kepada Tuhan yang telah memberikannya akal dan pikiran.
Pada
dasarnya, kegiatan belajar atau rasa ingin mengetahui sesuatu (Inggris: Curiosity
Sense) adalah salah satu diantara naluri-naluri yang dimiliki setiap
manusia di dunia. Disadari atau tidak, setiap manusia entah itu pria atau
wanita, tua atau muda, berpendidikan atau gelandangan setiap harinya akan
melakukan kegiatan ini. Setiap manusia cenderung akan mengamati hal-hal yang
dianggapnya menarik dan unik, kemudian mereka akan memperhatikan dengan seksama
mengapa hal tersebut bisa terjadi dan mengapa demikian, kemudian mereka akan
menarik kesimpulan tersendiri dan akan mengkoreksikan kesimpulan itu kepada
manusia lainnya, apakah sudah benar atau salah.
Kita
ambil contoh misalkan seorang anak berusia balita yang belajar berbicara,
seorang anak balita akan cenderung mengamati kedua orang tua dan lingkungan sekitarnya
berbicara dan berinteraksi. Perlahan namun pasti, si anak tersebut akan merekam
lalu merumuskan dalam otak kecilnya apa-apa yang dilihat dan didengarnya,
dengan bimbingan dan arahan orang tua dan orang-orang sekitar, hingga pada usia
tertentu si anak tersebut akan dapat menirukan bagaimana orangtua dan
lingkungannya berbicara, meskipun belum sempurna seratus persen, tetapi
orang-orang sekitar anak tersebut akan menuntunnya hingga dapat berbicara
dengan sempurna. Disini dapat kita tarik kesimpulan bahwa ternyata proses
mengamati, merumuskan dan mempraktekkan plus ditambah bimbingan guru adalah hal-hal
esensi yang bersifat naluriah yang sebenarnya dimiliki manusia saat belajar.
Jadi, belajar merupakan sebuah kebutuhan ultra primer yang memang dimiliki
semua manusia dan harus dipenuhi bagaimanapun caranya.
Tidak mungkin seorang manusia tidak melakukan proses belajar itu sendiri,
kalaupun ternyata ada di dalam diri kita rasa untuk menolak masuknya sebuah
ilmu pengetahuan (seperti malas belajar) maka itu sama saja seperti kita
menolak untuk makan pada saat kita tengah kelaparan.
Selanjutnya
adalah belajar sebagai satu-satunya faktor pembeda mana manusia dan mana
binatang. Kalimat itu terdengar cukup ekstrim, namun jika kita cermati
baik-baik ternyata ada benarnya juga. Banyak hal yang pada mulanya dianggap tidak mungkin
kini bisa terjadi dengan mudah jika belajar.
Kita
ambil contoh, pada jaman dahulu, manusia
beranggapan bahwa manusia tidak dapat terbang seperti halnya burung. Manusia
pada mulanya menganggap bahwa mereka tidak mempunyai kekuatan atau tidak tahu
cara untuk terbang melayang, dan terbang bagi manusia dianggap sebagai sesuatu
yang khayal. Tetapi dengan berbagai macam percobaan dan pembelajaran dari berbagai
kegagalan percobaan sebelumnya, manusia kini pun dapat melakukan penerbangan
dengan menciptakan pesawat terbang. Disinilah letak kehebatan manusia dibanding
bintang yang dapat belajar dari kesalahan-kesalahan di masa lalu.
Sementara
itu, bintang akan cenderung melakukan sesuatu sesuai kehendaknya tanpa berpikir
terlebih dahulu, mereka juga cenderung tidak pernah belajar dari pengalaman.
Kita lihat hewan nyamuk, hewan nyamuk akan terus menghisap darah manusia
meskipun mereka tahu bahwa dengan menghisap darah maka kemungkinan mereka untuk
mati karena dibunuh manusia sangat besar. Mereka tidak pernah belajar dari pengalaman
sebelumnya dan terus menghisap darah meskipun kematian adalah resiko
terbesarnya.
Begitupula
saudara dekat manusia yaitu kera, mereka tahu bahwa kebutuhan makanan mereka di
hutan semakin menipis, mereka malah terus bergantung dengan alam dan tidak
pernah belajar agar bagaimana makanan di hutan tidak habis. Berbeda dengan
manusia, pada zaman purba, manusia juga bergantung pada alam dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, tetapi seiring menipisnya ketersediaan makanan, para
manusia itupun mulai bercocok tanam agar mereka tidak kehabisan makanan. Inilah
pembeda manusia dengan binatang, dengan belajar dan berpikir, manusia akan
dapat menguasai dunia dan alam semesta. Tetapi sebaliknya, tanpa belajar dan
berpikir, manusia tidak akan mampu menguasai dunia dan alam semesta, bahkan
manusia akan terlihat lebih hina dari para binatang.
Hal
terakhir yang menyebabkan manusia itu wajib untuk belajar adalah karena dengan
belajar dan berpikir berarti manusia mensyukuri nikmat dari Allah SWT. Seperti
kita ketahui, Allah SWT memberikan sebuah kelebihan kepada manusia yang tidak
diberikan-Nya kepada makhluk lain yakni berupa akal. Bahkan makhluk sesuci dan
setaqwa malaikat pun tidak Allah berikan akal dan hanya kepada manusia Allah
memberikan akal untuk para manusia tersebut agar berpikir dan bertakwa. Dengar
akal manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan akal
pula manusia dapat berpikir dan belajar tentang suatu hal.
Salah
satu cara untuk mensyukuri akal sebagai nikmat Allah adalah dengan menggunakan
akal tersebut untuk belajar, mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat bagi
manusia itu sendiri dan bagi makhluk di sekitarnya. Karena bagaimana pun juga
akal juga tidak akan berkembang sendiri tanpa usaha dari pemiliknya untuk
belajar. Tidak belajar sama halnya kita tidak menggunakan akal yang telah Allah
berikan pada kita. Tidak menggunakan akal sama saja kita mengkufuri nikmat luar
biasa dahsyat yang Allah berikan.
Maka
dari itu pentingnya belajar dan mempelajari hal-hal yang ada di sekitar kita,
menggunakan akal pikiran kita untuk menghasilkan sebuah ilmu yang kelak dapat
bermanfaat bukan hanya bagi sesama manusia tetapi juga bermanfaat kepada
seluruh makhluk di dunia ini. Dengan belajar selain kita dapat memperoleh
berbagai macam ilmu pengetahuan, kita juga secara tidak langsung dapat
mensyukuri nikmat Allah dan tentunya merasa jauh lebih dekat kepada Allah,
sebagaimana kita tahu bahwa dengan mengamati dan mempelajari alam semesta, maka
sama saja kita belajar untuk mengenali Allah. [#Muhtam]
*)keterangan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar