Rabu, 11 Mei 2016

Tenang! Rejeki, Jodoh dan Maut Sudah Diatur

Ilustrasi. Sumber gambar: trendburung.blogspot.com

Kemarin sore sekitar jam 5 saya bersama salah seorang kawan saya tengah tiduran di teras sebuah masjid di perumahan dekat kampus usai solat Asar. Maklumlah, kami kan anak kuliahan yang sok sibuk, jadi baru sempet solat Asar jam 5 sore (sibuk cari wifi maksudnya :v).

Seperti biasanya ketika saya dan teman saya sudah terlanjur ngumpul, maka secara otomatis muncul bahan omongan dan diskusi yang terkadang bukan bahan diskusi murahan dan remeh. Sering kami ketika berkumpul entah itu di kampus, warung kopi, masjid atau taman mendiskusikan hal-hal yang dianggap lumayan berat seperti psikologi bahasa (psikolonguistik), filsafat, ilmu keislaman, kajian lintas madzhab hingga perbandingan agama pun tak luput dari pembahasan kami.

Nah, kebetulan sore itu ketika tengah asik mengobrol saya melihat segerombolan burung emprit (Lonchura striata domestica) yang tengah terbang bersama-sama mencari pohon untuk tempat mereka tidur menjelang malam. Terlintas dalam pikiran saya suatu pernyataan. Burung sebanyak itu tidak pernah satu haripun tidak mendapatkan makanan, tidak satu haripun mereka tidak mendapatkan rejeki, tidak satupun dari mereka kelaparan dan khawatir tidak dapat jatah makan esok hari.

Mereka enjoy dan rileks saja menjalani hidup. Tidur, cari makan, tidur lagi, cari makan lagi, berak, makan lagi dan tidur lagi. Begitu seterusnya setiap hari. Waktunya tidur mereka tidur, waktunya makan mereka makan, waktunya berak mereka berak. Tidak ada yang sampai mpeng-mpengan (berlebihan) dalam mencari makan, tidur maupun berak. Musim kawin tiba mereka kawin, membuat sarang dari bahan seadanya tanpa protes, punya anak banyak pun tidak masalah.

Burung-burung itu tidak takut akan kelaparan atau kehabisan jatah rejeki meski mereka hidup bergerombol. Mereka tidak takut anak-anak mereka yang banyak akan kelaparan dan tidak dapat rejeki hingga mengadakan semacam Keluarga Emprit Berencana dengan program dua anak cukup. Semua berjalan apa adanya, tanpa kebohongan, tanpa kecurangan. Hanya ke-enjoy-an menjalani hidup yang mereka lakukan sepanjang hayat mereka.

Lantas muncul pertanyaan, mengapa burung-burung ini tidak takut lapar dan jomblo? Mengapa kita sebagai manusia malah kalah dari burung-burung yang tidak berakal itu? Mengapa kita manusia malah mpeng-mpengan dalam mencari rejeki dan jodoh, bahkan hingga mengorbankan kewajiban kita atas Sang Pemilik Rejeki?

Pada dasarnya, Allah sudah mengatur rejeki setiap makhluk di alam semesta ini. Bukan hanya rejeki bagi manusia hewan, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Bahkan benda mati semisal batu, angin, matahari dan bintang-bintang juga sudah diatur rejekinya oleh Allah. Rejeki sudah menjadi semacam konsekuensi dan resiko Allah ketika menciptakan sebuah Makhluk, sehingga tidak mungkin Allah akan menciptakan sebuah makhluk tanpa memberinya rejeki. Jika Allah berkenan untuk menciptakan sebuah makhluk tidak bisa tidak Allah juga harus memberikan makhluk tersebut rejeki.

Seorang bayi manusia bahkan sebelum bayi itu 'dibuat' oleh ayah dan ibunya, Allah sudah merencanakan pada bayi itu beberapa hal mulai dari rejeki, pekerjaan, jodoh hingga kematiannya. Tidak perlu repot-repot orang tua takut kelak
anaknya yang banyak tidak akan dapat makan dan rejeki dari Allah dan repot-repot ikut program KB dan membatasi anak hanya dua karena sebagaimana saya katakan tadi bahwa semuanya sudah ditanggung akomodasi kehidupan bayi tsb oleh Allah. Kalau memang Allah kok tidak berkenan memberikan rejeki kepada calon bayi tersebut pasti Allah juga tidak akan menciptakan bayi tersebut. Entah mungkin si ibu keguguran atau ada kejadian biologis lainnya yang menyebabkan janin tersebut tidak jadi terbentuk.

Nah, sekarang banyak manusia yang mencari rejeki hingga mpeng-mpengan. Bekerja dari pagi hingga tembus pagi lagi dan melupakan kewajibannya sebagai makhluk. Bahkan dalam pencarian rejeki itu tak sedikit manusia yang mencarinya dengan kecurangan entah menipu manusia yang lain, mencuri yang bukan miliknya, korupsi dan segala cara ditempuh agar mendapatkan rejeki sebanyak-banyaknya.

Setali tiga uang, begitu juga kaum jones al jomblowy gagal move on yang banyak mencari jodoh hingga mpeng-mpengan. Semua cewek yang di media sosialnya tertulis Lajang kemudian didekati semua, di chat satu persatu, dia minta apa langsung dituruti, berharap si cewek akan menjadi pacarnya dan kelak menjadi istrinya. Setiap hari pekerjaannya melamun, iri melihat orang berpacaran, berkhayal memiliki pacar yang cantik, kaya, solehah dsb hingga dibela-belain pergi ke dukun untuk 'menyantet' wanita idamannya agar menjadi naksir padanya. Melakukan amalan-amalan aneh dan jampi-jampi yang tidak jelas untuk memikat idaman hatinya, segala cara dilakukan agar mendapat jodoh.

Sebenarnya tak hanya kaum jones al jomblowy yang seperti itu. Kaum Faaciriin (orang-orang berpacaran) juga demikian. Mereka mati-matian mempertahankan orang yang belum tentu jodoh mereka sampai mati. Mereka menuruti apa-apa saja yang pacarnya inginkan, mulai ikut menemani pergi ke mall, menunggu pacarnya di salon, sok perhatian pas pacarnya sakit, hingga dibela-belain membatasi pergaulannya dengan lawan jenis agar sang pacar tidak cemburu juga dilakukan.

Ayo kita berpikir sejenak..

Mengapa tiba-tiba begitu mpeng-mpengannya mencari rejeki? Kenapa kita hanya fokus mengejar sesuatu yang sudah pasti akan diberi oleh Allah dan lupa dengan sesuatu yang belum pasti akan diberi oleh Allah? Mengapa kita hanya fokus mengejar rejeki yang notabene sudah ditanggung Allah dan lupa mengejar Surga dan Ridha-Nya yang sama sekali tidak ditanggung oleh Allah?.

Rejeki dan Jodoh itu sudah diatur oleh Allah sebagaimana Allah mengatur Kematian seseorang. Tidak sudah khawatir tidak kebagian rejeki dan jodoh. Karena kedua hal tersebut pasti akan diberikan oleh Allah sebagaimana Allah akan memberikan kematian kepada setiap makhluk. Bedanya, kalau Rejeki dan Jodoh itu akan diberikan kepada makhluk harus melalui usaha dan ikhtiar, tetapi kalau kematian tanpa usaha dan ikhtiar pun sudah pasti semua makhluk akan merasakan kematian. Tetapi pada intinya ketiga hal tsb sudah dipastikan Allah akan diberikan kepada setiap makhluk-Nya.

Jadi, tidaklah perlu kita sebagai makhluk Allah sampai mpeng-mpengan mengejar sesuatu yang sudah pasti akan diberikan kepada kita. Carilah dengan santai tanpa melupakan kewajiban kita kepada Allah. Jika dapat syukuri, jika belum teruslah berusaha. Mari kita meniru cara hidup burung emprit yang dengan tenang dan bahagianya mereka menjalani hidup. Waktu mencari makan mereka mencari makan, waktu tidur mereka tidur, waktu kawin mereka kawin, waktu mati mereka mati. Mereka menikmati hidup mereka dengan tetap tidak melupakan Khaliq mereka yakni Allah. Mereka senantiasa berdzikir dengan cuitan-cuitan merdunya memuji Allah, mereka tidak pernah protes atas apa yang Allah berikan kepadanya. Mereka juga tidak pernah menyesal terlahir sebagai seekor burung emprit. Mereka tidak pernah bercita-cita untuk bisa menjadi burung gagak maupun elang. Mereka hanya hidup untuk menikmatinya saja tanpa harus mengkhawatirkan ini dan itu. Karena pada dasarnya kelahiran setiap makhluk di dunia ini termasuk kita sudah direncanakan dengan matang olen Allah. Jadi tenang saja!.

Wallahu A'lam Bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar