Minggu, 21 Juni 2015

Menolong Sesama dalam Perspektif Islam Rahmatan Lil Alamin

Mungkin istilah "Menolong Sesama" adalah sebuah istilah yang tentunya tidak asing lagi di telinga kita. Sejak zaman TK, SD hingga SMA bahkan yang kuliah semester akhir juga istilah "Menolong Sesama" sudah diulang-ulang pada banyak pelajaran.

Istilah "Menolong Sesama" ini pada mulanya ditujukan untuk para peserta didik yang kelak menjadi manusia penerus negeri ini mempunyai jiwa yang suka tolong menolong dan tidak sekedar berpangku tangan ketika SESAMANYA sedang dalam kesusahan. Tetapi sadarkah kita bahwa jika kita pikirkan lebih jauh akan kita temukan sesuatu yang janggal dan kurang tepat dari ekspresi ini?

Coba pikirkan, mengapa hanya SESAMA yang ditolong? jika hanya "Menolong Sesama" maka dapat diartikan bahwa kita diwajibkan menolong yang kepada sesama; sesama saudara, sesama suku, sesama agama, sesama warna kulit, sesama golongan dsb. Bukankah demikian?.

Ekspresi ini justru sangat bertolak belakang dengan apa yang diperintahkan dalam Al-Quran. Dalam potongan akhir ayat kedua surah al-Maaidah disebutkan,
"وتعاونو على البر والتقوى, ولا تعاونو على الاثم والعدوان"
dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam hal dosa dan pelanggaran

Jika kita cermati, objek yang dikenakan perintah diatas adalah umum (general). Allah tidak menyebutkan siapa jelasnya yang harus menolong dan ditolong, tetapi Allah menggunakan bentuk perintah secara umum yang bermakna luas. Jika diperhatikan, ayat diatas ditujukan kepada manusia secara umum.  Kita tidak tahu siapa yang wajib kita tolong dan kelak kita akan ditolong siapa. Yang kita ketahui adalah tolong menolonglah kalian (kepada siapa saja) tetapi tolong menolonglah dalam konteks kebaikan dan takwa, jangan menolong kepada dosa dan pelanggaran.

Satu hal pembeda yang bisa kita pelajari dari ayat diatas adalah kita diwajibkan untuk tolong menolong kepada siapa saja. Bahkan bukan hanya sesama manusia seagama, bukan hanya kepada sesama bangsa Indonesia *misalnya* tetapi konteksnya jauh lebih luas. Kita diperbolehkan menolong orang KAFIR, menolong musuh, menolong anjing yang kelaparan dan menolong siapa saja asalkan konteksnya kebaikan. Bahkan, bukan hanya diperbolehkan, tetapi malah sangat dianjurkan. Karena itu merupakan sebuah implementasi dari bentuk agama Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam. Bukan hanya orang Islam tolong menolong kepada sesama Islam saja yang sealiran dan sefaham, tetapi orang Islam sangat dianjurkan untuk tolong menolong kepada non-Muslim bahkan kepada hewan-hewan dan seluruh makhluk Allah di dunia ini.

Model demikian pernah dicontohkan oleh Rasulullah ketika beliau di Madinah, saat itu ada seorang Yahudi Madinah yang sudah tua, buta, kelaparan dan sangat kurus. Ketika itu Rasulullah SAW menolongnya dengan memberikan makan kepada orang Yahudi tsb hingga 'gizinya terpenuhi' hingga pada akhirnya hatinya terketuk dan menyatakan masuk Islam.

Kisah lain juga muncul ketika ada seorang pelacur yang sangat hina yang masuk surga karena hanya menolong seekor anjing kudisan dan menjijikkan yang kehausan karena berhari-hari belum merasakan air. Karena iba si pelacur tadi melepas sepatunya kemudian mengambilkan anjing tersebut air dari sumur menggunakan sepatunya tadi. Anjing yang nyaris mati kehausan ini pun akhirnya dapat segar kembali setelah mendapatkan air dari pelacur tadi. Dalam sebuah riwayat menceritakan bahwa pelacur tadi dicatat sebagai salah satu hamba Allah yang pertama kali masuk surga karena keikhlasannya menolong makhluk Allah.

Dari dua contoh cerita diatas dapat kita simpulkan bahwa menolong itu bisa kepada siapa saja dan kepada apa saja. Tidak hanya kepada sesama dari kita, tetapi kegiatan tolong-menolong juga bisa kita implementasikan kepada yang tidak sama dengan kita. Kepada musuh kita, kepada orang Kafir, kepada orang yang tak sealiran dsb. Karena Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam sehingga kita juga berkewajiban untuk bisa menebarkan rasa tenang dan nyaman kepada orang lain dan bukannya malah menebarkan ketakutan dan ancaman.

Sehingga konteks menolong sesama jika ditilik dari perspektif keislaman akan terasa kurang tepat. Mungkin istilah Menolong Semua adalah istilah yang lebih masuk akal dibandingkan Menolong Sesama, karena Semua bisa mencakup sesama+tidak sesama. Tetapi sesama hanya berlaku pada sesama kita, sementara musuh kita yang kelaparan dan membutuhkan pertolongan pasti tidak mungkin kita tolong.[#Muhtam] #kirokiromekaten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar