Minggu, 17 Juli 2016

Serial Cerbung: Kolor Ijo (2016) #2

Herman pun memasuki ruang reaktor, dengan baju anti radiasi layaknya astronot ia memperhatikan sekelilingnya. Pecahan piring sisa percobaan sebelumnya berserakan disana. Ia pun berfikir dalam hatinya.

"Hmmm.. apa lagi yang salah? Semuanya sudah benar menurut perhitungan. Seharusnya tidak mungkin piringya pecah.."

Ia pun berjalan menuju tombol di pojok ruang reaktor untuk mematikan reaktor. Belum sempat ia menekan tombol tersebut, Herman berfikir..

"Hmm kalau saya naikkan konsentrasi tembakan 0,01% saja mungkin akan berhasil, tidak apa-apa tidak mengikuti perhitungan kan?.. Hmm iya, coba saja dulu, toh profesor Romli sudah pulang."

Ia pun memutar tuas yang terletak tepat di sebelah tombol on/off, ia memutarnya sedikit sekali.

"Hmm.. Mau pakai objek apa ya? Semua benda rumah tangga sudah pernah dipakai semua."

Ia pun teringat sesuatu di kamarnya. Herman tidak tinggal di kos atau asrama layaknya mahasiswa yang lain. Sudah hampir setahun ini sejak ia memulai penelitiannya ia tinggal di sebuah kamar berukuran 2x3 meter di pojokan laboratorium dekat dengan kamar mandi.

Herman memasuki kamarnya dan melihat setumpuk celana pendeknya yang belum sempat ia laundry-kan. Dengan tersenyum ia bergumam

"Hmmm.. celana-celana ini sering membuatku gatal. Mungkin bakternya banyak.. Ahh aku pakai saja sebagai objek percobaan.."

Ia pun mengambil salah satu celananya favoritnya yang sering ia pakai. Celana pendek berwarna hijau pemberian neneknya itu ia dapatkan saat baru masuk kuliah tiga tahun lalu.

Ia bergegas menuju ruang percobaan kemudian meletakkan celana kesayangannya itu ke dalam reaktor. Dengan agak berlari Herman menuju panel untuk memulai ujicoba.

"Ujicoba NN/D-14 dengan objek celana dalam dimulai. Konsentrasi tembakan dinaikkan 0,01%." Ucap Herman tegas.

*sementara itu*

Prof Romli tengah berjalan menghampiri mobilnya di tempat parkir dosen di belakang dekanat sembari mencari kunci mobilnya di saku jaketnya. Benar saja, belum sampai ia meraih mobilnya ternyata kunci mobil Prof Romli tertinggal di tumpukan kertas di meja laboratorium. Dengan bergegas ia kembali ke lab untuk mengambil kunci mobilnya.

Cahaya putih yang tidak asing bagi prof Romli nampak bersinar di lantai dua laboratorium tempat ujicoba berada.

"Sialan, apa yang Herman lakukan. Bukannya tidur malah ia mengaktifkan reaktornya." Ujarnya sedikit kesal.

Ia berlari menaiki tangga menuju lantai dua, setibanya disana tampak Herman sedang mengoperasikan panel reaksi. Ia pun meletakkan tasnya di depan pintu berjalan dengan kesal menghampiri Herman.

"Herman!! Woii.. matikan reaktornya!!" Teriaknya..

Herman yang tengah fokus dengan ujicobanya tidak mendengar panggilan prof Romli hingga tiba-tiba..

*krakk!!* suara seperti tembok retak terdengar di ruang reaksi..

"Oh tidak!, apakah ini gara-gara aku menaikkan konsentrasinya? Padahal cuma sedikit." Gumam Herman dalam hati..

Prof Romli pun berlari menuju Herman dan segera meraihnya kemudian ia melemparkan Herman agar menjauh dari ruang reaksi.

*Duaaarr....* Ledakan keras terjadi. Herman terlempar dan tersungkur di dekat pintu tempat prof Romli meletakkan tasnya. Tubuhnya lemas dan gemetar melihat sekelilingnya berantakan. Sementara itu prof Romli yang berada dekat dengan ledakan terkena serpihan kaca reaktor mengalami 70% kerusakan di wajah dan 50% badannya terbakar. Asap putih dimana-mana.
Kertas-kertas dan peralatan ujicoba terbakar dan berserakan.

Lima menit kemudian suara sirene pun datang. Herman dan Prof Romli pun segera dibawa ke Rumah Sakit sementara regu Pemadam Kebakaran yang dikerahkan memadamkan kebakaran. Polisi pun menutup lab tersebut untuk melakukan investigasi dan olah tempat kejadian perkara. #bersambung #kolorijo

1 komentar: