Herman yang sebelumnya sudah dirawat beberapa hari akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter. Ia bersama kekasihnya Anita yang selalu mendampinginya selama dirawat akhirnya keluar meninggalkan Rumah Sakit. Dengan mobil Anita, Herman diantar menuju kamarnya yang berada di laboratorium.
"Alhamdulillah kita sudah sampai sayang, sini.." ucap Anita sembari menarik tangan kekasihnya untuk dibopoh menuju kamar Herman.
"Ah.. jadi merepotkan kamu. Aku kan bisa jalan sendiri.." Jawab Herman malu.
"Sudah, tidak apa-apa kok. Kan deket cuma sampai lantai dua saja kan?. Kamu itu, mbok ya cari kosan saja yang deket kosku biar bisa ngapelin aku. Masa hampir setahun kita pacaran kamu tidak pernah apel ke tempatku."
"Ahh kamu ada-ada saja Nit. Kalau saja percobaan Prof Romli bisa berjalan sendiri dan berhasil sendiri mungkin aku sudah dari kemarin-kemarin mampir ke kosmu. Hahaha."
"Iya profesor sok sibuk." ujar Anita sebal sambil mencubit hidung Herman.
Anita pun akhirnya sampai mengantar Herman ke kamarnya. Terlihat tempat tersebut mulai rapi sejak beberapa hari lalu sempat ditutup untuk keperluan olah TKP Polisi. Kini tempat tersebut sudah lumayan rapi meski banyak peralatan yang masih rusak dan belum diperbaiki. Kamar Herman pun sudah dirapikan oleh Anita beberapa hari lalu ketika Herman tengah dirawat di Rumah Sakit.
Dengan agak terbopoh-bopoh Anita pun menidurkan Herman ke kasurnya.
"Sudah, kamu istirahat saja dulu ya sayang. Jangan banyak bergerak. Aku ada janji dengan teman-temanku hari ini. Tidak apa-apa kan aku tinggal dulu?" ucap Anita sambil mengelus kening Herman.
"Iya.. Aku tidak apa-apa kok. Nanti kalau ada apa-apa aku bisa sms kamu saja."
Anita pun keluar dari kamar Herman. Herman yang tengah terbaring di kasurnya mulai terpikirkan Prof Romli. Ia merasa berhutang nyawa kepada Profesor yang ia anggap seperti ayahnya sendiri karena telah menyelamatkannya dari ledakan nano nuklir.
****
Profesor Ramli yang sudah satu minggu di ruang ICU belum juga menunjukkan perubahan berarti. Bahkan berdasar data kondisinya makin parah. Hingga suatu ketika ia merasa haus dan memanggil suster lewat radio panel disampingnya.
"Suster.. bisa tolong ambilkan saja minum? Saya haus sus.."
Selang beberapa lama ia menanti belum ada suster yang tiba. Ia pun kembali memanggil lewat radio tersebut.
"Suster..? Ada orang disana? saya butuh minum.."
Masih tidak ada jawaban.
"Susteeeerrr!!! Saya haus suster!!" Prof Ramli tampak mulai kesal dan kehilangan kesabarannya.
Detak jantungnya berdetak dengan cepat. Tubuhnya bergetar dan berubah menjadi besar mulai dari tangan, badan hingga kakinya juga mulai membesar. Badannya yang semula tertutup oleh banyak perban kini telah telanjang dan berubah menjadi hijau. Matanya yang semula agak memerah kini tampak melotot seperti mau keluar. Giginya yang normal pun ikut bermutasi menjadi taring mirip seperti monster. Seluruh tubuhnya menjadi hijau kecuali matanya yang merah melotot dan giginya yang tetap putih. #bersambung #kolorijo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar