Jumat, 22 Juli 2016

Serial Cerbung: Kolor Ijo (2016) #6

Hawa dingin mulai datang menusuk-nusuk tulang prof Romli. Tidak disangka waktu ternyata sudah larut malam.Tubuhnya kedinginan dan menggigil.

Dengan tubuh gemetaran ia perlahan membuka mata. Pandangannya tertuju pada langit malam itu. Tampak bentangan galaksi bima sakti terbentang cukup gagah malam itu dengan banyak bintang yang bersinar di sekelilingnya.

"Huuhh.. huhhh.. huhhh.." terdengar nafas prof Romli kedinginan. Ia menggosok-gosokkan telapak tangannya.

"Huhh... dingin sekali. Bagaimana aku bisa disini?."
Ia pun baru menyadari bahwa dirinya dalam keadaan telanjang tanpa sehelai kain pun di badannya. Terakhir ia ingat ia berada di ruang ICU dengan segala peralatan medis melekat di tubuhnya. Tetapi kini hal yang aneh terjadi. Dirinya tiba-tiba berada di sebuah gudang tua.

Temaram sinar bintang membantunya melihat keadaan di sekitarnya. Ia mulai melihat sekelilingnya mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menghangatkan badannya. Belum lama ia mencari, sebuah kain lusuh tergeletak tidak jauh dari tubuhnya. Ia mengulurkan tangannya untuk meraih kain tersebut.

Pikirannya mulai kacau, semua usaha yang dibangunnya dari dulu kini terancam hancur. Karir akademiknya pun berada di ujung tanduk.

"Ini semua salah Herman!." ucapnya.

"Kalau saja Herman tidak menghancurkan percobaanku malam itu pasti semuanya akan baik-baik saja."

"Huhh.. huhh.. aku harus membunuhnya!. Dia sudah menghancurkan semuanya!."

"Ahh.. mungkin membunuhnya juga bukan jalan yang baik.."

"..aku akan menyiksanya sedikit demi sedikit.."

"..agar ia tahu betapa sakitnya diriku saat ini.."

"Mati kau Herman.."

Dingin malam itu pun semakin menjadi-jadi. Angin berhembus lumayan kencang. Kain lusuh yang ia gunakan mulai kewalahan membendung dinginnya malam itu hinga prof Romli pun mulai tidak kuasa menahan kantuknya dan ia pun segera terlelap.
***
Di malam yang sama Herman tengah menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri. Seperti biasa, mie rebus dengan sebutir telur menemaninya makan di malam yang dingin itu.

Ia duduk di kasurnya dan mulai menyantap mie yang masih hangat tersebut. Ia pun memandang celana yang baru saja ia pakai tadi seharian.

"Seharian ini tubuhku terasa segar, bahkan lebih segar daripada sebelumnya. Apa gara-gara celana ini ya?. Hmmm.." ucapnya.

"Kayaknya iya deh, ini sudah tidak kupakai lagi dan tubuhku merasa lemas. Hmm, apa cuma perasaanku saja?"

Belum selesai ia menghabiskan mie-nya. Tiba-tiba handphone Herman berdering tanda sebuah panggilan masuk. Tertera di layar hp bututnya itu Anita tengah memanggil.

"Halo nit, ada apa sayang?" ucapnya.

Dengan nada panik Anita menjawab.

"Herman!, prof Romli, Herman!."

"Kenapa dengan prof Romli?"

"Ia hilang dari ruang ICU Herman!, jangan-jangan ia dimakan Buto Ijo itu tadi pagi?. Polisi kini sedang mencari prof Romli, dari tadi siang hingga malam ini belum ada kabar." jawab Anita.

"Prof Romli hilang?, seperti ada yang aneh." Herman bingung.

"Kalau memang prof Romli diculik Buto Ijo, lalu darimana Buto Ijo itu masuk?..."

"...bukankah kata berita di TV Buto Ijo itu pertama kali muncul di ruang dimana prof Romli dirawat?" lanjutnya.

"Apakah jangan-jangan.." sahut Anita.

"Mungkin saja nit!. Iya mungkin saja prof Herman lah Buto Ijo itu.."

"..kita harus cepat-cepat menemukan beliau, sebelum semuanya menjadi jauh lebih berantakan." Jawab Herman.

"Iya Herman, kasihan keluarganya yang di kampung. Sudah dulu ya sayang, sampai jumpa besok. Sayang Herman.. Selamat malam." Anita pun menutup panggilannya.

"Sayang Anita juga.. Selamat malam sayang." Jawab Herman.

Herman lantas meletakkan handphone-nya kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencuci mangkuk bekas makan mie-nya dan bersiap untuk tidur. #bersambung #kolorijo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar