Rabu, 20 Juli 2016

Serial Cerbung: Kolor Ijo (2016) #5

Profesor Romli yang sudah berubah mengerikan itupun beranjak dari tempat tidur di ruang ICU. Peralatan medis yang menempel dibadannya ia singkirkan dan hancurkan. ia memporak-porandakan seluruh isi ruangan tersebut. Pintu ruang ICU yang terkunci pun ia jebol dengan mudah. Ia keluar dari ruangan dan menghancurkan apa saja yang menghalanginya.

"Lapor ndan, ruang ICU acak-acakan. Pasien hijau mengamuk! Saya ulangi pasien hijau mengamuk! Ganti!." ucap seorang satpam lewat handie talkienya.
Tak berselang, lima orang rekannya pun tiba membantu.

"Astagaa... besar sekali.." salah seorang satpam yang baru tiba dengan teman-temannya pun kaget dengan apa yang dilihatnya.

"Mungkinkah ini yang namanya Buto Ijo yang pernah diceritakan emak dulu?" seorang temannya menyahut.

"Jangan bergerak! atau kami akan melapor polisi!." ucap seorang lagi.

Dengan posisi mengepung, mereka mencoba menahan monster tersebut agar tidak ngamuk. Malang, enam satpam tersebut justru diserang oleh monster itu dengan kejamnya. Salah seorang dari mereka bahkan tertusuk hingga tak sadarkan diri oleh cakarnya yang tajam. Namun beruntung, lima diantara mereka berhasil membawa satpam yang terluka tadi kabur kemudian menelpon polisi agar mengamankan Rumah Sakit itu.

Polisi yang lambat datang ke lokasi akhirnya terlambat. Monster  hijau itupun akhirnya berhasil keluar dari rumah sakit dan menghancurkan isinya. Dokter, suster, para pegawai dan orang-orang yang berada di rumah sakit itupun berhamburan panik ketakutan. Tak sedikit pula dari mereka yang terluka hingga harus diberikan perawatan.

Monster itupun berlari meninggalkan rumah sakit. Ia berlari menuju ke sebuah gudang tua berjarak lima kilo dari Rumah Sakit. Sempat terjadi aksi kejar-kejaran dan tembak-menembak dengan polisi, tetapi ia berhasil meloloskan diri.
***
Pagi itu Herman tengah menyaksikan sebuah film dokumenter sains favoritnya di sebuah saluran TV.  Kebetulan film tersebut tengah menampilkan tentang teknologi nano nuklir yang juga dikembangkan di Jerman. Tampak seorang tua berpakaian putih muncul di layar. Tertulis namanya adalah Prof. Scheiber.

"Nano nuklir ini dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Bahkan untuk membuat bahan pangan alternatif pun bisa. Kami di Jerman tengah mengembang.."

"Sialan!, belum selesai malah dipotong!." ujar Herman sebal.

Belum selesai Prof. Scheiber berbicara tiba-tiba acara tersebut terpotong oleh Breaking News.

"Pemirsa, sesosok monster hijau mengerikan muncul di Rumah Sakit Nartohusodo Daerah Istimewa Yogyakarta dan memporak-porandakan seisi gedung. Dilaporkan seorang Satpam kritis dan puluhan orang lainnya terluka ringan akibat serangan monster tersebut."

"Apa-apaan ini?" Herman pun kaget dan ia segera meraih remot TV-nya dan mengeraskan volumenya.

"Besar sekali mbak.. Mirip seperti itu lho kisah orang-orang tua dulu. Iya, mirip Buto Ijo. Besar,  hijau, matanya melotot, wajahnya hancur, giginya runcung dan kukunya panjang." ucap seorang saksi mata yang juga seorang satpam yang sempat menahan monster tersebut.

"Dilaporkan kerugian kini ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Monster tersebut berhasil melarikan diri dan polisi yang terlambat datang ke lokasi gagal untuk melumpuhkan monster itu." ujar penyiar berita.

"Akankah teror Buto Ijo ini terjadi lagi dan mampukah polisi menghentikanya? Di studio telah hadir.."

"Ada-ada saja. Kok malah seperti di komik." pikir Herman.

Herman pun mematikan TV-nya. Ia pun bergegas mandi. Meski badannya belum pulih sepenuhnya, ia tetap memaksakan diri untuk masuk kuliah pagi itu.

Dengan cepat ia ganti baju, ia mengenakan celana kesayangan pemberian neneknya itu karena ia percaya celana tersebut membawa keberuntungan. Ketika ia mengenakannya dirinya pun merasa ada yang berbeda, dirinya merasa lebih enteng dan rasa sakitnya mulai berkurang. Dia tidak mempedulikan itu, ia pun segera mengemasi buku-bukunya dan segera pergi kuliah. #bersambung #kolorijo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar